ZAT ADITIF
Apakah
kamu menyukai makanan berwarna mencolok ? Apakah zat warna pada makanan
tersebut diperlukan oleh tubuh?, sebenarnya, bahan yang ditambahkan ke dalam
makanan bertujuan untuk meningkatkan kualitas, keawetan, kelezatan dan
kemenarikan makanan. Selain itu, ada pula bahan yang ditambahkan pada makanan
sebagai pewarna, pemutih, pengatur keasaman, penambah zat gizi dan anti
penggumpal. Bahan tambahan pada makanan tersebut dinamakan Zat Aditif.
Zat
Aditif yang umum digunakan masyarakat, antara lain garam dapur, rempah-rempah,
asam cuka, dan lain-lain.
1. Bahan Pewarna
Pewarna
makanan ada dua macam, yaitu pewarna alami dan pewarna buatan. Pewarna alami
diperoleh dari sayuran, sedangkan pewarna buatan dibuat dari berbagai macam
bahan.
a. Pewarna Alami
Pewarna
Alami adalah pewarna yang dapat diperoleh dari
alam, misalnya dari tumbuhan dan hewan. Banyak sekali bahan-bahan disekitarmu
yang dapat dipakai sebagai pewarna alami. Seperti daun suji atau daun pandan
dapat memberikan warna hijau pada makanan selain itu dapat memberikan aroma
harum pada makanan. Kakao sering digunakan untuk member warna cokelat pada
makanan.
Pewarna
alami mempunyai keunggulan, yaitu umumnya lebih sehat untuk dikonsumsi daripada
pewarna buatan.
Namun
juga memiliki kelemahan yaitu cenderung memberikan rasa dan aroma khas yang
tidak diinginkan, warnanya mudah rusak karena pemanasan, warnanya kurang kuat
(pucat), dan macam warna terbatas.
b.
Pewarna Buatan
Bahan
pewarna buatan dipilih karena memiliki beberapa keunggulan disbanding pewarna
alami, yaitu harganya murah, praktis dalam penggunaan, warnanya lebih kuat,
macam warnanya lebih banyak, dan warnanya tidak rusak karena pemanasan.
Penggunaan pewarna buatan untuk makanan harus melalui pengujian yang ketat
untuk kesehatan konsumen.
Pewarna
yang telah melalui pengujian keamanan dan diijinkan pemakaiannya untuk makanan
dinamakan Permitted colour atau Certified colour. Penggunaan
pewarna makanan secara aman sudah begitu luas digunakan masyarakat sebagai
bahan pewarna dalam produk makanan.
Namun,
banyak juga kalangan masyarakat yang menggunakan pewarna sintetis yang tidak
sesuai peruntukkannya. Contohnya penggunaan pewarna tekstil dan pewarna cat
untuk makanan yang dapat membahayakan konsumen. Pewarna cat dan tekstil
biasanya mengandung logam-logam berat seperti, arsen, timbale dan raksa yang
bersifat racun bagi tubuh konsumennya.
Contoh
pewarna buatan yang diijinkan dan tidak diijinkan.
2. Pemanis
Pemanis
dipakai untuk menambahkan rasa manis yang lebih kuat pada bahan makanan.
Pemanis alami yang umum dipakai adalah gula pasir, gula kelapa, gula
aren, gula lontar dan bit. Senyawa yang membuat manis pada gula adalah Sukrosa.
Selain
pemanis alami, ada juga pemanis buatan yang dapat menjadi alternatif untuk
menambah rasa pada makanan. Pemanis buatan ini antara lain aspartame, sakarin, asesulfam
kalium dan siklamat.
Pemanis
buatan merupakan produk pangan yang manis seperti gula pada umumnya,namun rendah
kalori. Pemanis buatan diproduksi untuk dikonsumsi orang yang ingin mengurangi
asupan gula tinggi kalori, namun tetap terasa manis.
Beberapa
contoh pemanis buatan yang dapat ditemukan di pasaran.
a. Aspartam
Aspartam
adalah jenis gula rendah kalori yaitu sekitar 4 kkal (4.000 kalori, 17 Joule =
17kJ) per gram. Walaupun aspartame gula rendah kalori, tingkat kemanisannya 160
– 200 kali dari gula pasir. Keunggulan lain Aspartam antara lain, manisnya
mirip gula, tanpa rasa pahit, dan tidak merusak gigi. Penggunaan aspartame pada
makanan atau minuman telah disetujui oleh Badan Pengawasan Obat dan makanan
Indonesia (BPOM).
b. Sakarin
Sakarin
adalah pemanis buatan yang tidak berkalori. Sakarin dibuat dari garam natrium.
Asam sakarin berbentuk bubuk Kristal putih, tidak berbau dan sangat manis.
Sakarin mempunyai tingkat kemanisan 200 – 500 kali dari rasa manis sukrosa
(gula pasir).
Keunggulan
sakarin, yaitu tidak bereaksi dengan bahan makanan, sehingga makanan yang
ditambahkan dengan sakarin tidak mengalami kerusakan dan harganya murah.
Kelemahan
sakarin adalah mudah rusak bila dipanaskan sehingga mengurangi tingkat
kemanisannya. Selain itu sakarin kerap menimbulkan rasa pahit. Penggunaan
sakaring yang berlebihan dapat membahayakan tubuh manusia, misalnya menimbulkan Kanker.
Menurut
peraturannya, pada makanan dan minuman olahan khusus yang berkalori rendah dan
untuk penderita penyakit diabetes mellitus kadar maksimum sakarin yang
diperbolehkan adalah 300mg/kg bahan makanan/minuman.
c. Kalium Asesulfam
Kalium
Asesulfam memiliki tingkat kemanisan sekitar 200 kali dari kemanisan gula
pasir. Kelebihan kalium asesulfam adalah mempunyai sifat stabil pada pemanansan
dan tidak mengandung kalori.
d. Siklamat.
Siklamat
merupakan zat pemanis yang diijinkan BPOM dengan dosis yang telah ditetapkan.
Siklamat merupakan garam natrium dari asam siklamat. Siklamat memiliki tingkat
kemanisan sekitar 30 kali dari rasa manis gula pasir. Siklamat memberikan rasa
manis tanpa menimbulkan rasa pahit sehingga pemanis ini banyak dipakai oleh
masyarakat. Pemanis ini tidak dimetabolisme oleh tubuh manusia sehingga
siklamat yang ditambahkan pada makanan tidak memberikan suplai energy bagi
tubuh manusia.
Penggunaan siklamat yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan.
Pada dosis berlebihan siklamat dapat memicu timbulnya kanker kandung kemih,
mutasi dan cacat lahir. Menurut peraturan kadar maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam
makanan berkalori rendah dan untuk penderita diabetes mellitus adalah 3 g/kg
bahan makanan/minuman. Sedangkan menurut WHO batas konsumsi harian siklamat
yang aman adalah 11 mg/kg berat badan.
3. Pengawet
Tujuan
pengawetan makanan adalah untuk mempertahankan kondisi lingkungan pada bahan
makanan. Untuk mencegah perkembangan mikroorganisme atau mencegah terjadinya
reaksi kimia tertentu yang tidak diinginkan dalam makanan.
Berikut
beberapa hal yang menyebabkan kerusakan pada bahan pangan.
a.
Kerusakan
bahan pangan karena pertumbuhan mikroba seperti jamur atau bakteri. Makanan yang
telah terkena mikroba akan menimbulkan bahaya jika dikonsumsi karena mikroba
tersebut ada yang menghasilkan racun. Kerusakan makanan akibat mikroba disebut
mikrobiologi.
b.
Kerusakan
bahan pangan yang disebabkan oleh benturan. Kerusakan bahan pangan ini disebut
kerusakan mekanis.
c.
Kerusakan
bahan pangan karena proses fisik, antara lain karena penyimpanan dalam gudang yang
lembab, pendinginan atau pemanasan. Kerusakan bahan pangan ini disebut
kerusakan fisik.
d.
Kerusakan
oleh serangga atau tikus disebut kerusakan biologis. Kerusakan biologis juga
dapat disebabkan pematangan yang dilakukan oleh enzim yang terdapat pada bahan
itu sendiri. Contohnya kerusakan (pembusukan) pada buah dan sayur.
e.
Kerusakan
karena reaksi kimia antar senyawa dalam nakanan atau reaksi kimia dengan
lingkungan penyimpanan. Contohnya minyak yang berbau tengik dissebut kerusakan
kimiawi.
Pengawetan
bahan makanan dapat dilakukan secara fisik, kimia, dan biologi. Pengawetan secara
fisik dapat dilakukan dengan cara, pemanasan,
pendinginan, pembekuan, pengasapan, pengalengan, pengeringan dan penyinaran. Pengawetan secara biologis dapat dilakukan dengan fermentasi atau
peragian dan penambahan enzim, misalnya enzim
papain dan enzim bromelin. Pengawetan
secara kimia dapat dilakukan dengan penambahan bahan pengawet yang diijinkan.
Bahan
pengawet yang diijinkan BPOM Indonesia adalah :
4. Penyedap
Makanan
Penyedap makan
adalah bahan tambahan makanan yang tidak menambah nilai gizi. Penyedap makanan
sebagai penguat rasa protein, penurun rasa amis pada ikan dan penguat aroma
buah-buahan.
a. Penyedap
Rasa
Penyedap rasa
adalah bahan tambahan makanan yang digunakan untuk meningkatkan cita rasa
makanan. Penyedap rasa ada yang diperoleh dari bahan alami maupun sintetis.
Penyedap rasa
alami dapat berupa bawang putih, gula, garam dapur, udang, teri atau ebi dan
kaldu ayam/sapi.
Penyedap rasa
sintetis yang sering digunakan adalah Monosodium
glutamate (MSG). MSG dibuat dari fermentasi tebu oleh bakteri. Bakteri membentuk
asam glutamat, lalu diolah menjadi monosodium glutamat yang sering
digunakan untuk penguat rasa protein.
b. Pemberi
Aroma
Pemberi
Aroma adalah zat yang memberikan aroma tertentu pada makanan. Penambahan zat
pemberi aroma dapat menyebabkan makanan memiliki daya tarik tersendiri untuk
dinikmati.
Zat
pemberi aroma ada yang bersifat alami dan sintetis. Zat pemberi aroma yang
berasal dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami, misalnya ekstrak buah
strawberi, ekstrak buah anggur, minyak atsiri dan vanili, disebut pemberi aroma
alami.
Pemberi
aroma yang merupakan senyawa sintetis, misalnya Amil Koproat (aroma apel), amil
asetat (aroma pisang ambon), etil
butirat (aroma nanas), vanillin (aroma
vanili) dan metal antranilat (aroma
buah anggur) disebut pemberi aroma sintetis. Selai merupakan salah satu contoh
bahan makanan yang menggunakan zat pemberi aroma.