LAHIRNYA NEGARA-NEGARA FASIS
1. Naziisme di
Jerman
Pada tahun 1919
di Jerman dibentuk Partai Buruh Jerman yang didirikan oleh Adolf
Hitler. Kemudian
di bawah kepemimpinan Hitler, partai yang semula kecil itu berkembang
dan namanya
diubah menjadi National Sozialistiche Deutshe Arbeiter Partei (NSDAP),
yang
disingkat Partai
Nazi.
Sebab-sebab
timbulnya Partai Nazi.
- Kenangan akan kejayaan masa lampau yang ingin diperolehnya kembali. Seperti pada masa Fredrich Akbar dan Wilhelm I.
- Rasa tidak puas di kalangan rakyat terutama disebabkan adanya kesulitan-kesulitan ekonomi.
- Sistem pemerintahan yang demokratis parlementer dianggap tidak tepat lagi digunakan sebab mengutamakan kepentingan pribadi.

Ia juga mengarang
buku yang berjudul “Mein Kamf” atau “Perjuanganku”, yaitu cara memperjuangkan
Jerman atas dasar nasional sosialisme. Dikatakannya pula bahwa Jerman
ditakdirkan untuk
berkuasa atas bangsa-bangsa lain.
2. Fasisme
di Italia
Dalam Perang
Dunia I sebenarnya Italia termasuk negara yang menang dalam perang.
Tetapi keadaan
dalan negerinya sangat buruk. Oleh karena itu mudah tumbuh fasisme,
yaitu paham yang
mengutamakan negara di atas segala-galanya. Golongan Fasisme di Italia
ini dipimpin oleh
Benito Musollini, seorang bekas guru dan wartawan pada tahun 1919.
Sebagai seorang
ahli pidato, Musollini berhasil menarik banyak pengikut.
Sebab-sebab
timbulnya fasisme di Italia.
- Bangsa Italia yang merosot kedudukannya menginginkan kejayaan kembali seperti zaman kerajaan Romawi.
- Rasa tidak puas di kalangan rakyat, karena banyaknya pengangguran.
- Sistem pemerintahan negara kesatuan Italia diperintah secara demokratis, tetapi tidak ada negarawan yang berhasil mengatasi kesulitan.
Partai Fasis
bercita-cita membentuk Italia Raya. Caranya dengan membentuk pemerintahan yang
kuat di bawah pimpinan berkuasa penuh yang disebut “Il Duce” yang artinya pemimpin.
Pada waktu Italia
mengalami masa-masa kekacauan pada tahun 1919 – 1922, Musollini di luar
pemerintahan membentuk pasukan yang disebut “Kemeja Hitam”. Dengan persenjataan
yang lengkap, mereka berhasil mengembalikan keamanan di seluruh Italia. Oleh
karena itu ia mendapat dukungan dari rakyat dan akhirnya dapat memegang
kekuasaan sebagai diktator pada tahun 1922 – 1943.
Pada masa
pemerintahan Musollini, Italia mendapat kemajuan-kemajuan yang amat berarti.
Misalnya dapat memperbaiki perekonomian Italia yang meliputi perindustrian, pertanian
dengan mengeringkan paya-paya, dan lalu lintas berjalan tertib.
Pada tahun 1929
Musollini berhasil menyelesaikan suatu masalah yang telah lama ditangguhkan
penyelesaiannya, yaitu berhubungan dengan Sri Paus. Usaha damai dengan
Sri Paus selaku
kepala Gereja Katholik Roma mencapai kata sepakat sebagai berikut.
- Sri Paus diakui kedaulatannya sebagai kepala gereja yang bertahta di Vatikan.
- Agama Katholik Roma diakui sebagai agama negara Italia dan diwajibkan diajarkan di sekolah.
- Sri Paus mengakui pemerintah kerajaan Italia.
Penyelesaian
masalah gereja ini ternyata menguntungkan kedudukan Musollini. Sebagai salah
satu bagian dari programnya, Musolini menjalankan politik luar negeri yang
lebih agresif. Pada tahun 1935 Musollini merebut Abessinia atau Ethiopia dari
Kaisar Haille Selassi. Di samping itu
Albania juga direbut oleh Musollini, Raja Zogu diusirnya dan tahta kerajaan diberikan
kepada Victor Emmanuel, Raja Italia pada tahun 1939. Sebelumnya pada tahun 1937
Italia menerima baik uluran tangan Jerman untuk mengadakan perjanjian
persahabatan yang erat.
Hubungan ini agak goyah ketika pada tahun 1938 Jerman menduduki Austria. Tetapi akhirnya Hitler dapat meyakinkan Musollini, bahwa tindakannya itu tidak akan menggangu kedaulatan Italia. Demikianlah seperti Jerman pada masa Hitler, maka Italia pada masa Musollini mengalami kemajuan pesat di bawah rezim totaliter yang akan membawa Italia ke arah bencana Perang Dunia II.
Hubungan ini agak goyah ketika pada tahun 1938 Jerman menduduki Austria. Tetapi akhirnya Hitler dapat meyakinkan Musollini, bahwa tindakannya itu tidak akan menggangu kedaulatan Italia. Demikianlah seperti Jerman pada masa Hitler, maka Italia pada masa Musollini mengalami kemajuan pesat di bawah rezim totaliter yang akan membawa Italia ke arah bencana Perang Dunia II.
Kemajuan Jepang
tampak sejak zaman Restorasi Meiji pada tahun 1868. Tokoh pembaharu Jepang ini
adalah Mutsuhito atau Meiji Tenno. Ia mengadakan pembaharuan dalam
berbagai bidang. Salah satu di antaranya adalah bidang militer. Ia memperbarui
susunan Angkatan Daratdan Angkatan Laut
yang mencontoh keadaan Jerman.
Namun dalam
Perang Dunia I Jepang ikut berperang melawan Jerman. Perang ini memberi
kesempatan yang baik untuk merebut daerah jajahan Jerman di Cina, yang akan dibangun
pangkalan di daratan Cina. Setelah Perang Dunia I selesai, Jepang sebagai
negara yang ikut menang perang mendapat beberapa keuntungan berupa beberapa
pulau bekas jajahan Jerman di Samudera Pasifik.
Dengan demikian
Jepang menjadi saingan berat bagi negara-negara Barat di Asia, karena hasil
industrinya yang membanjiri pasaran Asia dan pengaruhnya di Benua Asia semakin bertambah.
Meskipun Jepang mempunyai daerah jajahan di Korea, namun hal itu belumlah mencukupi.
Oleh karena itu Jepang yang merupakan negara imperalis modern satu-satunya di
timur jauh, berkeinginan untuk mempunyai jajahan luas di Asia.
Pada tahun 1927 Baron
Tanaka menjadi Perdana Menteri Jepang. Ia adalah ahli siasat militer yang
sudah banyak pengalaman menghadapi Rusia. Kepada Kaisar Jepang disampaikannya
rencana ekspansi Jepang untuk menguasai seluruh Asia Timur.
Menurut Tanaka untuk dapat menguasai Cina lebih dahulu harus menguasai Mansyuria dan Mongolia. Apabila Jepang sudah dapat menguasai seluruh daratan Cina, semua negerinegeri lainnya dan negara-negara di sekitar Asia Selatan akan menyerah kepada Jepang. Bahkan negara-negara besar di Eropa tidak akan berani mengganggu kedaulatan Jepang di
Menurut Tanaka untuk dapat menguasai Cina lebih dahulu harus menguasai Mansyuria dan Mongolia. Apabila Jepang sudah dapat menguasai seluruh daratan Cina, semua negerinegeri lainnya dan negara-negara di sekitar Asia Selatan akan menyerah kepada Jepang. Bahkan negara-negara besar di Eropa tidak akan berani mengganggu kedaulatan Jepang di
Asia Timur.
Pada tahun 1931
Jepang merasa sudah dapat menyaingi industri di Eropa. Bahkan mampu menguasai
seluruh Mansyuria. Dengan keadaan semacam itu, maka Jepang berani menyambut
protes LBB dengan pernyataan keluar dari LBB.
Pada tahun 1936
Jepang bersama-sama dengan Jerman dan Italia membentuk “Anti Komintern Pact”
dengan maksud untuk menghancurkan komunisme. Kemudian Jepang tidak kuat menahan
sikap agresifnya. Oleh karena itu setelah menyerbu Cina Utara, pecahlah Perang
Cina-Jepang pada tahun 1937. Perang tersebut menggoncangkan suasana di daerah
Pasifik, sehingga masing-masing negara di Pasifik mulai memperkuat kedudukannya.
Tanda-tanda akan meletusnya Perang Pasifik mulai tampak nyata.
Negara-negara
Barat semakin cemas terhadap tindakan Jepang. Oleh bangsa Barat, Jepang
dianggap sebagai “bahaya kuning” artinya bahaya orang Jepang yang menyaingi industri
Barat. Lebih-lebih ketika Jenderal Tojo mulai memegang pemerintahan militer di Jepang
pada tahun 1941.
#BMW78